S
|
ebuah pesan singkat
(sms) yang masuk ke hp nokia tipe 6100 yang selalu aku gunakan setiap harinya
untuk berkomunikasi jarak jauh, aku memegang dan membuka isi sms yang baru
masuk itu dan ternyata pesan itu dari pujaan hatiku yang bernama Valencia
Purnama Dewi. Dia bertanya kabar aku dan aku pun menjawab baik–baik saja. Ya
sudah cukup lama kami tak dapat bertemu karena jarak yang jauh, kami hanya
dapat mengandalkan sms, mms, dan telpon yang membuat kami lebih dekat. Rasa
rindu kami pun semakin tersiksa dan rasa cemburu pun berdatangan seolah
setan-setan membisiki telinga kami serta menyiksa batin dan fikiran kami. Namun
kami berdua selalu mencoba untuk sabar dan banyak berdoa agar kami diberi
kemudahan hidup dalam merajut tali kasih sayang secara bersama. Seiring
bergantinya waktu aku tak dapat melupakan wajahnya yang cantik, putih , dan
pesona senyumnya yang membuat hati dan fikiranku tak dapat berhanti melihat
foto di atas meja yang telah aku beri bingkaian berwarna coklat, di gambar itu
ia sedang tersenyum memandang ke arah foto dan backgroundnya saat ia berada di
bandara Soekarno Hatta sebelum berangkat menuju Kalimantan Timur. Selain jarak yang
memisahkan kami, ia pun disana telah bekerja sebagai wartawan ternama di
Kalimantan Timur dan melanjutkan kuliah di fakultas komunikasi. Kerasnya
pekerjaan yang dia lakoni tak dapat membuat dirinya lelah dalam bekerja. Sesekali
ia menceritakan kisahnya sebagai wartawan koran saat dirinya pernah terjatuh
dari tangga yang tingginya tak kurang dari 1 meter.
Pada saat itu ia sedang
mewawancarai Gubernur Kalimantan Timur, entah dari mana itu dapat terjadi yang
pastinya aku hanya bisa mendengarkan kisahnya pada saat itu melalui telpon,
rasa kasihan dan berbagai pertanyaan aku lontarkan padanya tentang kejadian
itu. Dia mengatakan saat wawancara itu terjadi saat dirinya sedang menurunin
tangga dengan keadaan yang desak-desakan dengan kameramen dan wartawan lainnya
dan saat ia menuruni tangga pun dengan menghadap ke arah Gubernur itu berjalan
mundur sambil melihat ke anak tangga dan disaat ia tersenggol kepalanya dengan
kameramen dari wartawan televisi, dengan keadaan yang tak seimbang karena pada
saat itu dirinya menggunakan sepatu hak tinggi dan kejadian itu pun tak dapat
terelakkan, terjatuh diatas tangga dengan keadaan yang luka memar dibagian siku
dan lutut membuatnya harus dilarikan kerumah sakit terdekat. Aku disini hanya
merasa kasihan dan memberinya semangat kembali agar dia tak terlalu merasakan
pedihnya luka yang dia alami. Disaat itu ia juga melihat salah seorang wartawan
yang selama ini menjadi musuhnya karena musuhnya ini sangat iri dengan
kecantikan Valencia. Kejadian ini membuat orangtua Valencia pun khawatir dengan
kondisi fisik dan batinnya.
Kecantikan, rizki, dan takdir itu datang dari
Yang Maha Esa, kita tak dapat mengubah itu namun kita dapat merawat apa yang
telah tuhan berikan kepada kita sehingga kita dapat mengerti apa pentingnya
rasa syukur. Aku pun bersyukur dapat mempunyai wanita yang cantik dan pintar
seperti dia. Tak hanya pandai mewawancara orang namun juga bisa membuat hati
setiap orang yang didekatnya menjadi terpesona, wah sudah semacam cerita
dongeng ya. Hubungan kami sudah berjalan selama 4 tahun, setiap 2 bulan sekali
dia datang ke Jakarta untuk melihat keadaan orang tuanya, dan disaat itulah
kesempatan aku untuk bertemu dengannya. Ditempat yang tak jauh dari pusat
pemerintahan kota Jakarta yaitu didaerah Jakarta Pusat, disertai udara dingin
yang berhembus dimalam hari dan asap polusi dari kendaraan bajaj pun mengiringi
pertemuan kami lalu kami pun saling berpelukan dengan rasa cinta dan kasih
sayang yang sudah kami bangun bersama. Berhubung perut kami lagi keroncongan ni
gak ada salahnya kami menuju ke warung makan di sekitar tempat itu, kami pun
memesan makanan yang terkenal dari warung itu adalah ayam goreng dengan sambal
ekstra pedas lalu ditambah minumannya yaitu teh dingin, kalau untuk sebutan
orang Batam “teh Obeng” minuman yang memiliki rasa namun dengan harga miring.
Setelah makan malam aku mengantar Valencia ke rumah orang tuanya dengan mobil
bertipe 306 bermerek Peugeot. Sesampai didepan rumah orang tua Valencia, kami
saling bertukar bingkisan. Tak sempat aku bekunjung kerumahnya karena dia akan
bergegas menuju packing untuk kembali ke Kalimantan. Aku masih penasaran apa
isi dari bingkisan itu. Namun bingkisan itu menjadi kenang-kenangan. Aku
memperoleh bingkisian dengan pita merah di atasanya dan kotaknya berwarna
hitam. Ukurannya sebesar kotak hp BlackBerry Torch. Di bayangan aku isinya
pasti hp itu, aku pun memberikan bingkisan kepada dia yang isinya buku dan
perlengkapan tulis, tak lupa pula dengan makanan kesukaan dia yaitu Lapis
Surabaya.
Aku merahasiakan isi dari bingkisan tersebut karena dia pun tak
memberi tahu apa isi dari bingkisan yang ia berikan. Setelah aku mencium
keningnya, dia pun turun dari mobil aku dan aku pun pulang menuju rumah karena
udah tak sabaran pengen liat apa isi dari bingkisan tersebut. Sesampainya
dirumah dengan keadaan yang ngos-ngosan aku menutup pintu dan jendela kamarku.
Aku duduk di atas kasur dengan rasa deg-degan. Setelah menarik pita yang
berwarna merah itu, aku membuka tutup dari bingkisan tersebut dan ternyata
isinya tak lain dan tak bukan hanya sepucuk surat, bunga melati, dan beberapa
wangi-wangian karena aku jarang banget pake yang namanya pewangi. Padahal aku
udah berharap dapat lebih dari yang aku kasi, tapi pemberian ini sepertinya
sudah cukup bagi aku. Karena ini pemberian yang tak pernah bisa aku lupakan dari
seorang kekasih, aku menjalani hubungan jarak jauh, ya biasanya orang bilang
itu LDR. Sedih di saat ia menuju bandara Soekarno Hatta akankah ia kembali lagi
selepas aku tamat dari bangku SMA Negeri didaerah Jakarta Utara. Sesampainya ia
di Kalimantan, dia menghubungiku bahwa dirinya disana sampai dengan selamat.
Dengan perasaan bahagia dan sedih pun bercampur menjadi satu. Aku hanya terdiam
dan termenung apa yang harus aku lakukan.
Dia disana membutuhkan aku karena aku ini
seorang laki-laki yang harus dapat menjaga seorang kekasihnya. Kesedihan ini
sudah aku rasakan sesekali setiap dirinya memberikan sepucuk surat kepadaku
setiap minggunya. Minggu ini tak biasaya ia mengirimkan surat yang sampulnya
berwarna kecoklatan dan diberi list berwarna hitam. Aku membuka isi dari amplop
itu, namun hati ini terasa berdebar-debar sebelum aku membuka dan membaca
sepucuk kertas berwarna putih tersebut. Aku membacanya dan singkat dari inti
surat tersebut yang ditulisnya, aku tak dapat membuka hatiku pada lelaki lain,
aku ingin menunggu dan menunggumu hingga engkau meraih cita-citamu dan kita
akan bertemu kembali dihari dan disaat yang istimewa. Setelah aku lulus dari
bangku SMA dan melanjutkan kuliah aku pun selalu mengirimkan surat padanya,
setelah 4 bulan aku tak dapat berkomunikasi dengannnya karena hp yang ia
gunakan pada saat itu hilang di angkutan umum. Aku mencoba mengirim surat
selama berkali-kali namun ia tak pernah membalas surat yang pernah aku kirimkan
padanya. Aku mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Saat bertanya pada orang
tua Valencia kenapa dirinya tak pernah lagi mengirimkan aku surat, orang tuanya
merasa sedih. Mereka menangis dan mengeluarkan air mata. Aku mencoba
menenangkan hati mereka dan bertanya kembali apa yang terjadi pada dirinya.
Mereka mengatakan bahwa umurnya tak panjang, ia meninggal di saat ia menuju ke
tempat ibadahnya. Setelah di ketahui penyebabnya, ternyata ia memiliki penyakit
jantung yang telah ia derita dari kecil. Mungkinkah ini yang disebut hari yang
istimewa itu . Sungguh perasaan ini membuat aku jatuh sakit dan membuat hati
ini terluka. Sesungguhnya tuhan tak akan memberikan cobaan yang tak dapat
engkau hadapi tapi ingat bersyukurlah atas apa yang telah engkau dapatkan.
Jangan jadikan ujian ini menjadikanmu sesuatu masalah namun jadikan ini sebuah
pengalaman bahwa engkau telah memilikinya. Inilah takdir, kita tak pernah tahu
kapan nyawa kita akan dicabut.
cerpen karya ivar nabilatul akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar